
Rencana merger antara dua raksasa teknologi Asia Tenggara, GoTo (Gojek-Tokopedia) dan Grab, mengundang perhatian tajam dari berbagai kalangan. Salah satu yang paling vokal adalah Center of Economic and Law Studies (Celios) yang menyuarakan kekhawatiran serius terhadap potensi monopoli dan praktik predatory pricing yang bisa timbul jika merger ini benar-benar terjadi.
Merger Dua Raksasa, Pasar Semakin Terkonsentrasi?
GoTo dan Grab saat ini sudah mendominasi berbagai sektor layanan digital di Indonesia—mulai dari ride-hailing, pesan-antar makanan, hingga dompet digital. Jika keduanya bergabung, maka struktur pasar bisa menjadi lebih terkonsentrasi. Menurut Celios, hal ini dapat mengurangi persaingan sehat dan membuka celah munculnya monopoli.
Dalam industri digital, dominasi satu entitas besar sering kali berdampak negatif terhadap pilihan konsumen, harga layanan, dan bahkan inovasi. Tanpa kompetitor yang cukup kuat, perusahaan gabungan bisa menentukan harga dan aturan main sesuka hati.
Predatory Pricing: Bahaya yang Tidak Terlihat Langsung
Lebih lanjut, Celios menyoroti risiko predatory pricing—strategi menjual produk atau jasa di bawah biaya produksi untuk menyingkirkan pesaing. Setelah para pesaing tersingkir dan pasar dikuasai, harga bisa dinaikkan kembali secara drastis.
Praktik ini pernah menjadi sorotan di sektor ride-hailing ketika layanan transportasi online memberikan tarif sangat rendah, bahkan tidak masuk akal secara ekonomi. Dalam jangka pendek, konsumen memang diuntungkan. Namun dalam jangka panjang, hal ini bisa menciptakan ketergantungan pasar pada satu pemain dominan.
Regulasi dan Peran Pemerintah Sangat Penting
Menanggapi potensi risiko tersebut, Celios mendesak agar Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan pemerintah bertindak proaktif. Regulasi yang jelas dan tegas sangat dibutuhkan untuk memastikan merger tidak mencederai prinsip persaingan usaha yang sehat.
Selain itu, pemerintah juga perlu mengkaji secara mendalam dampak sosial-ekonomi dari merger ini. Misalnya, bagaimana pengaruhnya terhadap mitra pengemudi, UMKM, dan startup lain yang bergerak di sektor yang sama.
Masyarakat Juga Harus Kritis
Tak hanya regulator, masyarakat pun perlu bersikap kritis. Konsumen harus menyadari bahwa kenyamanan jangka pendek bisa menyembunyikan risiko jangka panjang. Jika pasar dikuasai oleh segelintir pemain besar, pilihan layanan bisa menyusut dan harga bisa melonjak tanpa kontrol.
Transparansi dalam proses merger dan keterlibatan publik dalam memberikan masukan menjadi elemen penting untuk menjaga ekosistem digital Indonesia tetap kompetitif dan sehat.
Kesimpulan: Merger GoTo dan Grab, Peluang atau Ancaman?
Rencana merger antara GoTo dan Grab memang bisa membuka peluang efisiensi dan pengembangan bisnis. Namun, seperti yang diperingatkan Celios, potensi ancaman terhadap persaingan, harga, dan kesejahteraan konsumen tidak boleh diabaikan.