
Di tengah panas terik dan deru alat berat, berdirilah sosok perempuan muda dengan helm proyek dan rompi keselamatan. Namanya Devi, seorang pekerja lapangan di proyek pengaspalan jalan yang tak segan memegang cangkul, menggenggam sekop, dan bergulat dengan aspal panas.
Berprofesi di dunia yang identik dengan tenaga kerja laki-laki, Devi telah membuktikan bahwa perempuan juga bisa kuat, cekatan, dan bertanggung jawab. Ia bukan hanya pencari nafkah, tapi juga pejuang bagi keluarganya.
Devi Bekerja Demi Mimpi dan Keluarga
Perjalanan Devi tak mudah. Ia berasal dari keluarga sederhana di daerah Jawa Tengah. Setelah kehilangan ayahnya sejak kecil, Devi bersama ibunya harus berjuang menghidupi dua adik yang masih sekolah. Lulus SMA, ia tak punya pilihan selain langsung bekerja.
Ketika teman sebayanya memilih menjadi karyawan toko atau buruh pabrik, Devi justru melamar sebagai pekerja pengaspalan jalan di proyek pemerintah. Meski awalnya diragukan karena perempuan, Devi berhasil menunjukkan komitmennya. Dalam waktu singkat, ia menjadi salah satu pekerja andalan tim.
“Saya sadar ini bukan pekerjaan mudah, tapi saya tidak malu. Justru saya bangga bisa bantu keluarga,” kata Devi dengan mata berbinar.
Tantangan Berat, Tapi Tekad Lebih Besar
Bekerja di lapangan tentu penuh tantangan. Mulai dari cuaca ekstrem, lingkungan kerja yang keras, hingga cibiran masyarakat yang belum terbiasa melihat perempuan “berkotor-kotor” di jalanan. Namun Devi tak goyah. Ia menghadapinya dengan senyum dan semangat yang tak pernah padam.
Setiap pagi ia berangkat lebih awal, menyusuri jalan dengan motor tuanya, dan kembali saat matahari nyaris tenggelam. “Capek pasti, tapi saya tahu untuk apa saya bekerja,” ujarnya.
Devi Jadi Inspirasi Kaum Perempuan
Kisah Devi bukan sekadar cerita perjuangan ekonomi, tapi juga potret nyata semangat emansipasi perempuan masa kini. Di tengah stereotip gender yang masih kental, Devi tampil sebagai bukti bahwa perempuan mampu mengambil peran besar di ruang mana pun, termasuk di sektor infrastruktur yang selama ini didominasi laki-laki.
Kini, Devi bahkan sering diminta menjadi pembicara di pelatihan kerja bagi perempuan muda. Ia tak hanya menginspirasi, tapi juga mendorong sesama perempuan untuk berani mengejar mimpi, apapun bentuknya.
Kesimpulan: Kartini Modern yang Tak Mengenal Kata Menyerah
Devi adalah Kartini masa kini, bukan karena kebaya atau pidato panjang, tapi lewat aksi nyata dan peluh yang ia teteskan di jalanan. Ia membuktikan bahwa keberanian, cinta keluarga, dan tekad yang kuat bisa mengubah nasib.
Di Hari Kartini atau di hari apa pun, kisah Devi mengingatkan kita bahwa perempuan hebat tak selalu terlihat di panggung megah, kadang mereka hadir di jalanan beraspal, bekerja dalam diam, namun penuh makna.