
Dalam laporan terbaru bertajuk 2025 Gen Z and Millennial Survey, Deloitte mengungkap temuan menarik soal prioritas generasi muda saat ini. Alih-alih mengejar jabatan tinggi, Gen Z justru lebih mengutamakan keseimbangan hidup dan kesehatan mental. Tren ini menandai pergeseran besar dalam cara generasi muda memandang karier dan kesuksesan.
Menurut survei yang melibatkan ribuan responden dari seluruh dunia, mayoritas Gen Z menyatakan bahwa pekerjaan ideal adalah yang memungkinkan mereka tetap terhubung dengan kehidupan pribadi.
Bukan Lagi Tentang Pangkat, Tapi Tentang Makna
Berbeda dari generasi sebelumnya yang lebih fokus pada stabilitas karier dan jabatan prestisius, Gen Z cenderung menghindari gaya hidup kerja berlebihan. Mereka lebih memilih pekerjaan yang:
- Fleksibel secara waktu
- Memiliki nilai dan misi sosial
- Mendukung kesehatan mental
- Memberi ruang untuk berkembang secara personal
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak Gen Z yang menolak promosi bila hal tersebut berisiko mengganggu kehidupan pribadi mereka. Bagi mereka, menjadi ‘bahagia’ lebih penting dibanding menjadi ‘berkuasa’.
Kesehatan Mental Jadi Prioritas Utama
Survei Deloitte juga menyoroti bahwa lebih dari 50% Gen Z merasa stres akibat tekanan pekerjaan. Mereka menganggap bahwa organisasi yang peduli terhadap kesehatan mental karyawannya akan lebih layak dipertahankan.
Tak hanya itu, banyak dari mereka juga berani mencari pekerjaan baru jika pekerjaan saat ini tidak memberikan dukungan kesehatan mental yang cukup. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menyesuaikan budaya kerja agar lebih manusiawi dan inklusif.
Apa Implikasinya untuk Dunia Kerja?
Dengan preferensi seperti ini, HR dan manajemen perusahaan perlu mengubah pendekatan mereka. Menawarkan gaji besar dan posisi tinggi saja tidak cukup. Perusahaan perlu:
- Menyediakan program kesehatan mental
- Memberi fleksibilitas kerja (remote atau hybrid)
- Menciptakan lingkungan kerja yang suportif dan kolaboratif
Selain itu, organisasi juga harus menanamkan nilai-nilai keberlanjutan, inklusivitas, dan tanggung jawab sosial, karena Gen Z sangat peduli terhadap isu-isu tersebut.
Kesimpulan: Masa Depan Kerja Lebih Berarti, Bukan Sekadar Karier
Survei Deloitte ini memberi sinyal kuat bahwa paradigma dunia kerja telah berubah. Gen Z membawa nilai-nilai baru ke dalam ruang profesional, di mana keseimbangan, makna, dan keberlanjutan menjadi kunci utama.
Dengan demikian, perusahaan yang ingin bertahan dan terus berkembang harus mendengarkan aspirasi generasi muda dan membangun budaya kerja yang sehat dan bermakna. Sebab di masa depan, bukan jabatan yang akan menentukan loyalitas, tetapi nilai dan kepedulian yang nyata.