
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Generasi Z menjadi kelompok yang paling cepat terpengaruh tren gadget terbaru. Mulai dari smartphone, smartwatch, hingga laptop dengan spesifikasi tinggi — semua terasa wajib dimiliki demi menunjang gaya hidup digital.
Sayangnya, kebiasaan gonta-ganti gadget demi tampil kekinian ini sering kali tak sejalan dengan kemampuan finansial mereka. Banyak dari Gen Z yang rela menguras tabungan, bahkan mengambil cicilan demi membeli gawai keluaran terbaru, padahal perangkat lamanya masih sangat layak pakai.
Demi Fitur Baru dan Estetika, Keuangan Jadi Korban
Alasan Gen Z sering mengganti gadget sangat beragam. Mulai dari desain yang lebih stylish, kamera dengan kualitas lebih tinggi, hingga fitur-fitur eksklusif yang hanya tersedia di versi terbaru. Tak jarang, mereka juga termakan promosi dan review influencer yang memamerkan “kecanggihan” gadget baru.
Sayangnya, keinginan untuk selalu terlihat up-to-date ini berdampak langsung pada kondisi keuangan pribadi. Gaji habis untuk membayar cicilan gadget, atau lebih parah lagi, mengandalkan fasilitas paylater yang akhirnya menumpuk jadi beban utang bulanan.
Gaya Hidup Konsumtif: Data Bicara
Sebuah survei dari lembaga riset konsumen menunjukkan bahwa lebih dari 60% Gen Z di Indonesia mengganti ponsel setiap 1–2 tahun sekali, meskipun perangkat tersebut masih berfungsi dengan baik. Fenomena ini menunjukkan tingginya dorongan untuk terus mengikuti tren, meski tanpa kebutuhan yang mendesak.
Lebih lanjut, hanya sebagian kecil dari mereka yang mempertimbangkan nilai jual kembali atau efisiensi jangka panjang saat membeli gadget baru. Ini membuktikan bahwa keputusan membeli sering didorong oleh emosi, bukan logika keuangan.
FOMO dan Tekanan Sosial Jadi Pemicu
Budaya FOMO (Fear of Missing Out) sangat berperan dalam menciptakan tekanan sosial di antara Gen Z. Melihat teman atau influencer menggunakan gadget terbaru bisa menimbulkan rasa “tertinggal”, sehingga mereka terdorong untuk ikut-ikutan.
Media sosial juga memperburuk situasi ini. Unggahan dengan caption seperti “#FirstUnboxing” atau “#TeamiPhone” seakan menegaskan bahwa kepemilikan gadget baru adalah simbol status sosial. Padahal, nilai tersebut bersifat semu dan sering kali tak berbanding lurus dengan manfaat nyata.
Kesimpulan: Bijak dalam Upgrade, Pintar Kelola Uang
Memiliki gadget canggih memang menyenangkan dan kadang memang dibutuhkan untuk mendukung produktivitas. Namun, gonta-ganti gadget tanpa perencanaan keuangan yang matang hanya akan menjebak dalam siklus konsumsi berlebihan.
Sebagai solusi, Gen Z perlu mulai mengadopsi pola pikir yang lebih bijak. Pertimbangkan apakah upgrade benar-benar dibutuhkan atau sekadar ikut tren. Lebih baik investasi untuk masa depan daripada terjebak dalam gaya hidup pamer.
Ingat, memiliki gadget terbaru tidak membuatmu lebih keren — mengelola keuangan dengan cerdaslah yang justru membawamu ke level berikutnya.