
Sudah lebih dari satu dekade sejak Malaysia Airlines MH370 dinyatakan hilang tanpa jejak pada 8 Maret 2014. Pesawat yang mengangkut 239 penumpang dan awak itu lenyap dari radar dalam penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Beijing. Meski berbagai misi pencarian dilakukan secara besar-besaran, hasilnya tetap nihil. Hingga kini, MH370 masih menjadi salah satu misteri penerbangan terbesar dalam sejarah modern.
Namun, seiring kemajuan teknologi, harapan baru muncul. Salah satu teknologi yang kini disorot adalah hidrofon, alat yang mampu mendeteksi suara di dalam laut. Pertanyaannya, mungkinkah teknologi ini menjadi kunci untuk mengungkap di mana MH370 berada?
Apa Itu Teknologi Hidrofon?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, penting untuk memahami apa itu hidrofon. Secara sederhana, hidrofon adalah mikrofon bawah laut yang mampu menangkap gelombang suara dalam air. Alat ini biasa digunakan untuk mendeteksi aktivitas kapal selam, gempa bawah laut, hingga suara hewan laut seperti paus.
Hidrofon bekerja dengan cara menangkap perubahan tekanan akustik di air dan mengubahnya menjadi sinyal elektrik. Dalam dunia militer dan oseanografi, teknologi ini sudah digunakan selama puluhan tahun.
Jejak MH370 dan Peran Suara Bawah Laut
Setelah MH370 hilang, satu-satunya petunjuk yang dapat dianalisis hanyalah sinyal satelit terakhir dari pesawat. Namun, beberapa ilmuwan mulai memeriksa rekaman hidrofon di Samudera Hindia untuk mendeteksi kemungkinan adanya suara tabrakan pesawat di permukaan laut.
Menariknya, pada 2014 lalu, sebuah stasiun hidrofon milik CTBTO (Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization) di Samudera Hindia sempat merekam suara yang tidak biasa pada waktu yang hampir bersamaan dengan hilangnya MH370. Namun, suara itu belum bisa dikonfirmasi secara pasti berasal dari kecelakaan pesawat.
Kelebihan dan Tantangan Teknologi Hidrofon
Teknologi hidrofon memiliki potensi besar dalam pencarian benda atau kejadian di laut lepas karena bisa merekam suara dari jarak ribuan kilometer. Namun, interpretasi suara bawah laut sangat kompleks, karena suara dapat terdistorsi, terpantul, bahkan terpecah oleh medan laut.
Selain itu, laut memiliki “kebisingan” alami seperti gelombang, aktivitas geologis, dan binatang laut, sehingga membedakan antara suara pesawat jatuh dan fenomena alam bukan perkara mudah.
Bisakah Hidrofon Menjawab Misteri MH370?
Meski belum ada bukti konkrit, para peneliti terus berupaya mengembangkan algoritma untuk mengenali suara khas tabrakan pesawat di air. Dengan semakin canggihnya teknologi analisis suara dan kerja sama internasional dalam membagikan data hidrofon, peluang untuk mengungkap keberadaan MH370 semakin terbuka.
Jika suara jatuhnya pesawat bisa dikenali, maka lokasi pasti jatuhnya MH370 bisa dipersempit secara signifikan, membuka kembali jalan untuk misi pencarian baru.
Kesimpulan: Harapan yang Tak Padam
Meski MH370 masih menyisakan banyak pertanyaan, kemajuan seperti teknologi hidrofon memberi harapan baru bagi dunia. Dengan analisis yang tepat dan dukungan data akustik global, bukan tidak mungkin suatu hari misteri ini akhirnya bisa terpecahkan.
Teknologi bukan hanya alat, tapi juga cahaya bagi keluarga korban dan masyarakat dunia yang masih menunggu jawaban.