
Sebuah peristiwa tragis terjadi di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, saat kegiatan rutin Posyandu Lansia berujung malapetaka. Puluhan orang dilaporkan mengalami keracunan massal setelah mengonsumsi kolak pisang yang dibagikan sebagai konsumsi dalam acara tersebut. Yang mengejutkan, pembuat kolak dan keluarganya juga ikut menjadi korban.
Kejadian ini langsung menyedot perhatian publik dan pihak berwenang. Selain menimbulkan kekhawatiran, insiden ini juga mengingatkan pentingnya pengawasan makanan dalam setiap kegiatan sosial, terutama yang melibatkan kelompok rentan seperti lansia.
Kronologi Kejadian: Kolak Jadi Sumber Masalah
Peristiwa bermula saat sebuah Posyandu Lansia di Kecamatan Sutojayan menggelar pertemuan bulanan, lengkap dengan pemeriksaan kesehatan dan pembagian konsumsi. Salah satu warga, yang rutin membantu menyiapkan makanan, membuat kolak pisang sebagai suguhan untuk para peserta.
Namun, tidak lama setelah kegiatan selesai, sejumlah lansia mulai mengeluhkan mual, muntah, dan pusing. Beberapa bahkan mengalami diare hebat dan segera dilarikan ke puskesmas terdekat. Dalam hitungan jam, jumlah korban terus bertambah.
Ironisnya, sang pembuat kolak dan beberapa anggota keluarganya yang turut menyantap makanan tersebut di rumah, juga mengalami gejala serupa dan harus menjalani perawatan.
Data Korban dan Penanganan Medis
Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, sebanyak 30 orang tercatat mengalami gejala keracunan, dengan sebagian besar merupakan lansia. Dari jumlah tersebut, beberapa korban harus dirujuk ke rumah sakit karena kondisi yang memburuk.
Petugas medis segera turun ke lapangan untuk memberikan pertolongan pertama dan mengambil sampel makanan yang diduga menjadi sumber keracunan. Saat ini, laboratorium forensik tengah menganalisis kandungan kolak tersebut untuk memastikan penyebab pastinya.
Dugaan Awal dan Imbauan Pemerintah
Meski hasil uji laboratorium belum keluar, dugaan sementara mengarah pada kontaminasi bahan makanan atau kesalahan dalam proses penyimpanan. Kondisi cuaca panas dan sanitasi dapur yang tidak optimal bisa menjadi pemicu utama berkembangnya bakteri penyebab keracunan.
Pemerintah daerah pun langsung mengeluarkan imbauan kepada seluruh Posyandu dan kegiatan sosial serupa agar:
- Lebih selektif dalam memilih bahan makanan
- Menghindari makanan basi atau mudah rusak
- Menjaga kebersihan tempat dan alat masak
- Melibatkan tenaga medis atau ahli gizi untuk pengecekan awal
Kesimpulan: Kewaspadaan Adalah Kunci
Insiden keracunan massal di Blitar ini memberikan pelajaran penting bagi semua pihak. Meski kegiatan sosial seperti Posyandu bertujuan mulia, kesehatan dan keselamatan peserta tetap harus menjadi prioritas utama.