
Peristiwa memilukan ini terjadi di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Seorang bayi perempuan yang baru berusia beberapa bulan harus kehilangan tangan kanannya setelah mengalami komplikasi serius akibat pemasangan jarum infus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima. Keluarga korban menyebutkan bahwa kejadian bermula dari pemasangan infus yang tidak ditangani secara tepat oleh tenaga medis.
Pada awalnya, bayi tersebut dirawat karena mengalami demam tinggi. Pihak rumah sakit kemudian memutuskan untuk memasang infus. Namun, dalam hitungan jam, kondisi tangan sang bayi memburuk. Tangan yang awalnya hanya tampak bengkak, kemudian berubah menjadi kehitaman. Sayangnya, tindakan medis lanjutan tidak segera diambil.
Penanganan Lambat: Luka Membusuk, Amputasi Jadi Jalan Terakhir
Seiring waktu, kondisi tangan bayi semakin parah. Warna kehitaman menyebar dan jaringan mulai membusuk. Dokter akhirnya mengambil keputusan berat: amputasi harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa sang bayi.
Keluarga merasa sangat terpukul. Mereka menyalahkan kelalaian pihak rumah sakit sebagai penyebab utama kejadian ini. Terlebih lagi, mereka mengklaim bahwa pihak rumah sakit baru mengambil tindakan setelah desakan dari keluarga.
Tuntutan Keadilan: Suara Hati Keluarga Tak Bisa Diabaikan
Kini, keluarga bayi tersebut menuntut keadilan. Mereka mendesak pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, dan lembaga terkait untuk turun tangan mengusut kasus ini secara tuntas. Mereka juga menuntut pertanggungjawaban pihak rumah sakit, baik secara hukum maupun secara moral.
Melalui kuasa hukum, keluarga telah mengajukan laporan resmi dan berharap ada investigasi mendalam terhadap prosedur medis yang dilakukan di RSUD Bima. Mereka juga menuntut agar kejadian serupa tidak terulang lagi terhadap pasien lain, terutama anak-anak dan bayi yang merupakan kelompok paling rentan.
Respons Publik dan Pemerintah: Desakan untuk Evaluasi Sistem Kesehatan
Kejadian ini memicu gelombang simpati dan kemarahan dari masyarakat luas. Banyak warganet menyoroti lemahnya pengawasan terhadap pelayanan kesehatan di daerah. Media sosial pun dibanjiri komentar yang mendukung keluarga korban dan mengecam kelalaian tenaga medis.
Pemerintah daerah telah menyatakan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap manajemen RSUD Bima. Sementara itu, pihak rumah sakit belum memberikan pernyataan resmi yang memuaskan publik. Transparansi menjadi tuntutan utama agar masyarakat kembali percaya terhadap layanan kesehatan publik.
Penutup: Jangan Ada Lagi Nyawa Kecil yang Jadi Korban Kelalaian
Tragedi yang menimpa bayi di Bima ini menjadi peringatan keras bagi seluruh tenaga medis dan instansi kesehatan. Kecerobohan sekecil apapun dalam dunia medis bisa berdampak sangat besar, bahkan fatal. Diperlukan pelatihan berkala, pengawasan ketat, dan sistem tanggap darurat yang profesional demi mencegah insiden serupa.