
Baru-baru ini, momen tahlilan di kediaman Najwa Shihab menjadi sorotan publik. Namun bukan hanya karena siapa yang hadir, melainkan karena satu sosok mencuri perhatian: Jovial Da Lopez. Komedian sekaligus konten kreator ini viral di media sosial karena gaya berdoanya yang penuh penghayatan dan khidmat.
Dalam video yang tersebar luas, terlihat Jovial menundukkan kepala, menutup mata, dan merapatkan tangan dengan posisi yang sangat tenang. Sekilas, gayanya memang tak biasa untuk acara tahlilan, namun justru itulah yang membuat banyak orang merasa tersentuh.
Respons Warganet: Antara Pujian dan Rasa Kagum
Reaksi dari warganet pun bermunculan. Banyak netizen memuji sikap Jovial yang menunjukkan rasa hormat terhadap prosesi keagamaan, meskipun ia dikenal sebagai pribadi yang santai dan humoris. Tak sedikit yang menyebut gayanya sebagai bentuk kontemplasi pribadi yang sangat menyentuh.
Beberapa komentar juga menyebut bahwa ekspresi Jovial terlihat tulus dan tidak dibuat-buat. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai contoh positif bagi generasi muda, bahwa berdoa bisa dilakukan dengan cara yang jujur dan penuh penghormatan, meski dengan ekspresi yang berbeda.
Gaya Doa yang Tak Biasa tapi Bermakna
Jovial Da Lopez memang bukan ustaz atau tokoh agama, tapi cara ia berdoa memunculkan diskusi baru soal makna spiritualitas. Di tengah rutinitas dan sorotan kamera, ia tetap mampu menunjukkan sikap khusyuk dan tenang. Hal ini mengajarkan kita bahwa esensi doa bukan pada formalitas, melainkan pada kesungguhan hati.
Dalam budaya kita, tahlilan bukan sekadar tradisi, tapi juga ajang refleksi. Kehadiran Jovial dan gaya doanya mengingatkan banyak orang bahwa khusyuk tak harus kaku. Justru, ketika seseorang berdoa dengan gaya yang otentik dan tulus, doa itu menjadi lebih menyentuh.
Kesimpulan: Doa yang Mencerminkan Karakter
Momen Jovial Da Lopez berdoa di rumah Najwa Shihab membuktikan bahwa kadang, tindakan paling sederhana bisa meninggalkan kesan paling mendalam. Gayanya yang khusyuk tanpa banyak bicara justru menyampaikan pesan kuat: bahwa ketulusan tidak perlu dijelaskan.